Minggu, 14 Februari 2010

RUQYAH SYAR`IYYAH




Pada zaman yang serba maju dengan berbagai macam tekhnologi ini, kita tak akan asing lagi ketika mendengar kata-kata ruqyah. Tak bisa dipungkiri lagi yang selalu terbesit dalam pikiran kita, ruqyah itu adalah pengobatan yang selalu berkenaan dengan alam-alam ghaib.

Dalam sejarahnya, ruqyah merupakan salah satu metode pengobatan yang cukup tua yang sudah ada di permukaan bumi ini. Dan ketika datangnya Islam, metode ini disesuaikan dengan nafas dan tata cara yang sesuai dengan syari`at agama Islam.

Apa seh ruqyah itu...??
Makna ruqyah secara terminologi adalah al-`udzah (sebuah perlindungan) yang digunakan untuk melindungi orang yang terkena penyakit, seperti panas ketika di sengat binatang, kesurupan, terkena sihir dan yang lainnya. Adapun makna ruqyah secara etimologi syariat adalah doa dan bacaan-bacaan yang mengandung permintaan tolong dan perlindungan kepada Allah SWT untuk mencegah atau mengangkat bala/penyakit. Terkadang doa dan bacaan tersebut disertai dengan tiupan dari mulut ke kedua telapak tangan atau anggota tubuh orang yang meruqyah atau yang diruqyah. Tentunya ruqyah yang paling utama adalah doa dan bacaan yang bersumber dari pedoman hidup manusia yaitu Al-qur`an dan As-sunnah.

Ruqyah Pada Masa Jahiliyyah

Sangatlah wajar jika ruqyah terkenal luas pada masa jahiliyyah karena setiap manusia mengerti akan kemashlahatannya yang selalu ingin menjaga kesehatan tubuh dan jiwanya. Ruqyah adalah salah satu cara pengobatan yang mereka yakini dapat menyembuhkan penyakit dan menjaga kesehatan. Namun yang sangat disayangkan, ruqyah sering digunakan untuk menyebarluaskan berbagai macam kesyirikan di sekitar mereka. Pengobatan yang dilakukan tak luput dari pelencengan-pelencengan nilai agama dan syari`atnya. Diantaranya adalah pengakuan mengetahui perkara ghaib, menyekutukan Allah SWT, menyandarkan diri kepada selain Allah SWT, berlindung kepada jin dan masih banyak lagi.

Setelah datangnya cahaya Islam, seluruh ruqyah dilarang oleh Rasulullah SAW kecuali yang tidak mengandung kesyirikan. Islam mengajarkan kepada umat muslim agar berhati-hati dalam menggunakan ruqyah, sehingga mereka tidak terjatuh kedalam pengobatan yang mengandung bid`ah dan syirik. Auf bin Malik RA berkata:

كُنَّ نَرْقِي فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَيْفَ تَرَى فِي ذَلِكَ؟ فَقَالَ: اعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيْهِ شِرْكٌ
“Dahulu kami meruqyah di masa jahiliyyah. Lalu kami bertanya: ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang hal itu?’ Beliau menjawab: ‘Tunjukkan kepadaku ruqyah-ruqyah kalian. Ruqyah-ruqyah itu tidak mengapa selama tidak mengandung syirik’.” (HR. Muslim ).

Jadi ruqyah itu hanya boleh dengan ayat-ayat suci al-quran atau nama dan sifat Allah SWT atau dzikir-dzikir yang ma`tsur dari Rasulullah SAW dan lafadz yang tidak mengandung syirik.


HUKUM RUQYAH

Ruqyah telah terkenal pada masa jahiliyyah sebelum datang cahaya Islam, tetapi kebanyakan ruqyah mereka mengandung kesyirikan. Padahal Islam datang untuk mengenyahkan segala bentuk kesyirikan. Alasan inilah yang menyebabkan Rasulullah SAW melarang para sahabat untuk melakukan ruqyah. Kemudian beliau membolehkannya selama tidak mengandung kesyirikan. Beberapa hadist telah menjelaskan kepada kita tentang semua fenomena tersebut, diantaranya adalah:

1.Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu 'anhu, bahwa beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ

“Sesungguhnya segala ruqyah, tamimah, dan tiwalah adalah syirik.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Al-Hakim. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Asy-Syaikh Al-Albani juga menshahihkannya).

2. Dari Jabir bin Abdillah RA bahwa beliau berkata:

نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الرُّقَى فَجَاءَ آلُ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالُوا: إِنَّهُ كَانَتْ عِنْدَنَا رُقْيَةٌ نَرْقِي مِنَ الْعَقْرَبِ وَإِنَّكَ نَهَيْتَ عَنِ الرُّقَى. قَالَ: فَعَرَضُوْهَا عَلَيْهِ. فَقَالَ: مَا أَرَى بَأْسًا، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَنْفَعْ

Rasulullah Saw melarang dari segala ruqyah. Lalu keluarga ‘Amr bin Hazm datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu memiliki ruqyah yang kami pakai untuk meruqyah karena (sengatan) kalajengking. Tetapi engkau telah melarang dari semua ruqyah.” Mereka lalu menunjukkan ruqyah itu kepada beliau. Beliau bersabda: “Tidak mengapa, barangsiapa di antara kalian yang mampu memberi kemanfaatan bagi saudaranya, maka hendaknya dia lakukan.” (HR. Muslim).

3. Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit RA berkata:

كُنْتُ أَرْقِي مِنْ حُمَةِ الْعَيْنِ فِي الْجَاهِلِيَّةِ. فَلَمَّا أَسْلَمْتُ ذَكَرْتُهَا لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: اعْرِضْهَا عَلَيَّ. فَعَرَضْتُهَا عَلَيْهِ، فَقَالَ: ارْقِ بِهَا فَلاَ بَأْسَ بِهَا


“Di masa jahiliyyah dulu aku meruqyah karena (sengatan) kalajengking dan ‘ain (sorotan mata yang jahat). Tatkala aku masuk Islam, aku memberitahukannya kepada Rasulullah SAW, Rasulullah SAW bersabda: ‘Perlihatkan ruqyah itu kepadaku!’ Lalu aku menunjukkannya kepada beliau. Beliau pun bersabda: ‘Pakailah untuk meruqyah, karena tidak mengapa (engkau) menggunakannya’.” (HR. At-Thabrani dan dihasankan oleh Al-Haitsaimi dalam Majma’ Az-Zawa`id).


Demikianlah mereka melakukan ruqyah di masa jahiliyyah. Ruqyah mereka mengandung perbuatan syirik sehingga dilarang Rasulullah SAW. Kemudian beliau membolehkannya bagi mereka selama tidak mengandung kesyirikan. Beliau membolehkannya karena ruqyah itu bermanfaat bagi mereka dalam banyak hal..
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Hadits-hadits sebelumnya menunjukkan bahwa hukum asal seluruh ruqyah adalah dilarang, sebagaimana yang tampak dari ucapannya: ‘Rasulullah SAW melarang dari segala ruqyah.’ Larangan terhadap segala ruqyah itu berlaku secara mutlak. Karena di masa jahiliyyah mereka meruqyah dengan ruqyah-ruqyah yang syirik dan tidak dipahami. Mereka meyakini bahwa ruqyah-ruqyah itu berpengaruh dengan sendirinya. Ketika mereka masuk Islam dan hilang dari diri mereka yang demikian itu, Nabi SAW melarang mereka dari ruqyah secara umum agar lebih mantap larangannya dan lebih menutup jalan (menuju syirik). Selanjutnya ketika mereka bertanya dan mengabarkan kepada beliau bahwa mereka mendapat manfaat dengan ruqyah-ruqyah itu, beliau memberi keringanan sebagiannya bagi mereka. Beliau bersabda: ‘Perlihatkan kepadaku ruqyah-ruqyah kalian. Tidak mengapa menggunakan ruqyah-ruqyah selama tidak mengandung syirik’. (Ahkamur Ruqa wa At-Tama`im hal. 35))
Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمَةٍ

“Tidak ada ruqyah kecuali karena ‘ain (sorotan mata yang jahat) atau humah (sengatan kalajengking).” (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Turmudzi, dan Ibnu Majah dari shahabat ‘Imran bin Hushain RA).

SYARAT-SYARAT RUQYAH


Syaikhul Islam Al-Hafizh Ibnu Hajar Rahimallahu berkata: “Para ulama telah bersepakat tentang bolehnya ruqyah ketika terpenuhi tiga syarat:

. Menggunakan Kalamullah atau nama-nama dan sifat-Nya.1
2. Menggunakan lisan (bahasa) Arab atau yang selainnya, selama maknanya diketahui.
3. Meyakini bahwa ruqyah tidak berpengaruh dengan sendirinya, namun dengan sebab Dzat Allah SWT.

Mereka berselisih mengenai tiga hal di atas bila dijadikan sebagai syarat. Yang kuat adalah pendapat yang mengharuskan untuk memenuhi tiga syarat yang disebutkan. (Fathul Bari, 10/237

Dengan penjelasan di atas, berarti segala ruqyah yang tidak memenuhi tiga syarat itu tidak diperbolehkan. Jika kita rinci, ada tiga jenis ruqyah yang tidak diperbolehkan:

1. Ruqyah yang mengandung permohonan bantuan dan perlindungan kepada selain Allah SWT.
2. Ruqyah dengan bahasa ‘ajam (non Arab) atau sesuatu yang tidak dipahami maknanya.

3. Ruqyah yang diyakini bahwa pelakunya bisa menyembuhkan dengan sendirinya tanpa kekuasaan Allah SWT.

KEISTIMEWAAN RUQYAH:

Keistimewaan ruqyah syar`iyyah antara lain:
1. Menghidupkan ruqyah syar`iyyah berarti menghidupkan sunnah Rasulullah SAW, yang hampir saat ini tidak dikenali oleh masyarakat muslim.
2.Ketika melakukan Ruqyah dan doa dengan ikhlas dan benar, maka hal tersebut sebagai terapi bagi orang yang terkena gangguan syaithan dan sebagai perlindungan terhadap dirinya dari gangguan syaithan jin dan manusia dengan kalimat-kalimat Allah SWT. Sekaligus sebagai senjata amouh untuk melawan mereka.
3. Ruqyah Syar`iyyah adalah pembacaan ayat-ayat dan doa, maka ini adalah ibadah yang besar keutamaanya disisi Allah SWT.
4. Ruqyah Syar`iyyah adalah sebagai bukti pengaduan seorang hambayang hina dan lemah kepada sang khaliq yang maha agung dan perkasa. Inilah hakekat pengabdian diri kepada Allah SWT.
5. Bagi orang yang bersih dari gangguan syaithan maka ruqyah berfungsi sebagai sarana penguat benteng keimanannya dan refreshing bagi rohaninya.

Demikianlah ruqyah yang dimaksud dalam agama Islam, semoga kita termasuk orang-orang yang selalu menjalankan perintah Allah AWT dan Rasul-Nya. Amin.

نفع الله به قارئه ووفقنى واياه لما يحبه و يرضى امين

0 komentar:


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Modern Home Designs